Tulisan berikut adalah kiriman seorang teman dengan judul yang sama melalui sebuah milist. Saya posting di sini karena tulisan ini begitu menyentuh, dan selalu mengingatkan kepada sosok ibu saya yang juga sudah semakin tua saat membacanya.
Ada sedikit editing yang saya lakukan, namun tidak mengurangi maknanya.
Terima kasih untuk sahabat saya yang telah mengirimkan tulisan indah ini.
Ada sedikit editing yang saya lakukan, namun tidak mengurangi maknanya.
Terima kasih untuk sahabat saya yang telah mengirimkan tulisan indah ini.
- Alden praptono -
foto By pixieGraphy - flickr.com |
IBU
Ketika
ibu saya berkunjung, ia mengajak saya
untuk berbelanja bersamanya
karena
dia membutuhkan sebuah gaun yang baru.
Saya sebenarnya tidak suka pergi berbelanja
bersama dengan orang lain,
dan saya bukanlah orang
yang sabar,
tetapi
walaupun demikian kami berangkat juga
ke pusat
perbelanjaan tersebut.
Kami mengunjungi setiap toko yang menyediakan
gaun wanita, dan ibu saya mencoba gaun demi
gaun dan mengembalikan semuanya. Seiring waktu
yang berlalu, saya mulai lelah dan ibu saya mulai frustasi.
Kami mengunjungi setiap toko yang menyediakan
gaun wanita, dan ibu saya mencoba gaun demi
gaun dan mengembalikan semuanya. Seiring waktu
yang berlalu, saya mulai lelah dan ibu saya mulai frustasi.
Akhirnya
pada toko terakhir yang kami
kunjungi, ibu saya mencoba satu stel gaun biru
yang cantik terdiri dari tiga helai. Pada blusnya
terdapat sejenis tali di bagian tepi lehernya.
Karena ketidaksabaran saya, maka untuk kali ini
saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya
dalam ruang ganti pakaian, saya melihat
bagaimana ia mencoba pakaian tersebut, dan
dengan susah mencoba untuk mengikat talinya!
Ternyata tangan-tangannya sudah mulai
dilumpuhkan oleh penyakit radang
sendi dan sebab itu dia tidak dapat melakukannya.
Seketika ketidaksabaran saya digantikan oleh
suatu rasa kasihan yang dalam kepadanya.
kunjungi, ibu saya mencoba satu stel gaun biru
yang cantik terdiri dari tiga helai. Pada blusnya
terdapat sejenis tali di bagian tepi lehernya.
Karena ketidaksabaran saya, maka untuk kali ini
saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya
dalam ruang ganti pakaian, saya melihat
bagaimana ia mencoba pakaian tersebut, dan
dengan susah mencoba untuk mengikat talinya!
Ternyata tangan-tangannya sudah mulai
dilumpuhkan oleh penyakit radang
sendi dan sebab itu dia tidak dapat melakukannya.
Seketika ketidaksabaran saya digantikan oleh
suatu rasa kasihan yang dalam kepadanya.
Saya berbalik pergi dan
mencoba menyembunyikan air
mata yang keluar tanpa saya sadari.
Setelah saya mendapatkan ketenangan lagi, saya
kembali masuk ke kamar ganti untuk mengikatkan
tali gaun tersebut. Pakaian ini begitu indah,
dan dia membelinya.
Perjalanan belanja kami telah berakhir, tetapi
kejadian tersebut terukir dan tidak dapat
terlupakan dari ingatan saya.
mata yang keluar tanpa saya sadari.
Setelah saya mendapatkan ketenangan lagi, saya
kembali masuk ke kamar ganti untuk mengikatkan
tali gaun tersebut. Pakaian ini begitu indah,
dan dia membelinya.
Perjalanan belanja kami telah berakhir, tetapi
kejadian tersebut terukir dan tidak dapat
terlupakan dari ingatan saya.
Sepanjang
sisa hari itu, pikiran saya tetap saja
kembali
pada saat berada di dalam ruang ganti pakaian
tersebut dan terbayang tangan ibu saya yang
sedang berusaha mengikat tali blusnya. Kedua
tangan yang penuh dengan kasih, yang pernah
menyuapi saya, memandikan saya, memakaikan
baju, membelai dan memeluk saya, dan
terlebih dari semuanya, tengadah berdoa untuk saya.
Sekarang tangan itu telah menyentuh
hati saya dengan cara yang paling membekas
dalam hati saya.
Kemudian pada sore harinya, saya pergi ke kamar
ibu saya, mengambil tangannya, menciumnya ...
dan - yang membuatnya terkejut -
memberitahukannya bahwa bagi saya kedua
tangan tersebut adalah tangan yang paling indah di
dunia ini. Saya sangat bersyukur bahwa Tuhan
telah membuat saya dapat melihat dengan mata
baru, betapa bernilai dan berharganya kasih
sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu.
Saya hanya dapat berdoa bahwa suatu
hari kelak tangan saya dan hati saya akan
memiliki keindahannya tersendiri.
Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala
ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu
pun yang dapat menandingi keindahan tangan
Ibu...
tersebut dan terbayang tangan ibu saya yang
sedang berusaha mengikat tali blusnya. Kedua
tangan yang penuh dengan kasih, yang pernah
menyuapi saya, memandikan saya, memakaikan
baju, membelai dan memeluk saya, dan
terlebih dari semuanya, tengadah berdoa untuk saya.
Sekarang tangan itu telah menyentuh
hati saya dengan cara yang paling membekas
dalam hati saya.
Kemudian pada sore harinya, saya pergi ke kamar
ibu saya, mengambil tangannya, menciumnya ...
dan - yang membuatnya terkejut -
memberitahukannya bahwa bagi saya kedua
tangan tersebut adalah tangan yang paling indah di
dunia ini. Saya sangat bersyukur bahwa Tuhan
telah membuat saya dapat melihat dengan mata
baru, betapa bernilai dan berharganya kasih
sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu.
Saya hanya dapat berdoa bahwa suatu
hari kelak tangan saya dan hati saya akan
memiliki keindahannya tersendiri.
Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala
ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu
pun yang dapat menandingi keindahan tangan
Ibu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar