Jumat, 29 Maret 2013

MALAIKAT KECILKU (1) ; BALITA 3 TAHUN INI MERAWAT AYAHNYA YANG LUMPUH


Pada saat berita ini diturunkan oleh China News tahun 2010 lalu, gadis kecil bernama Dong Xinyi yang menjadi pembicaraan masyarakat China ini baru berusia 3 tahun.Dia lahir tahun 2007 di Kota Huanghia, Propinsi Shandong, China.

Beberapa bulan setelah kelahiran Xinyi, sang ibu pergi meninggalkan rumah dengan membawa serta Xinyi yang masih bayi. Lebih tepat sebenarnya sang ibu ini meninggalkan suaminya Don Jian, ayah Xinyi, yang telah lumpuh akibat kecelakaan yang terjadi beberapa waktu sebelumnya. Namun pada pada awal tahun 2010 sang ibu mengirim kembali Xinyi kepada suaminya, tanpa alasan yang jelas.

Butiran permata memang tidak pernah ditemukan di ranjang yang empuk, tetapi hampir selalu ditemukan di area berbatu atau berlumpur. Dibalik kesulitan akan ada kemudahan. Itulah mungkin ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kondisi yang dialami Don Jian semenjak putrinya yang masih balita kembali kepadanya. Setelah Xinyi dipulangkan oleh ibunya, sejak saat itu dia mulai merawat ayahnya. Entah siapa yang mengajari melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tak seharusnya dilakukan balita seperti itu. Tangan mungil itu mengambil air dari bak dan membawanya dengan panci untuk memandikan ayahnya. Dia juga memasak dan membawa makanan yang sudah dimasak itu kepada sang ayah yang masih tergeletak tak berdaya di tempat tidurnya. Urusan membersihkan kotoran pun juga dia lakukan dengan telaten setiap saat. Mungkin tangan Tuhan lah yang membimbing hatinya sehingga dia bisa melakukan banyak pekerjaan untuk merawat dan menghidupi ayahnya yang memang membutuhkan pertolongan itu.














Don Jian memang patut bangga dan bersyukur memiliki buah hati seperti Xinyi, yang baginya merupakan malaikat kecil yang dikirim Tuhan untuk menolong kehidupannya yang serba sulit setelah lumpuh akibat kecelakaan, dan bahkan ketika orang-orang terdekat dia yang diharapkan membantu pun justeru satu persatu pergi meninggalkannya. Sungguh anak yang berbakti, melebihi orang-orang yang telah paham apa artinya berbakti kepada orang tua.

"Ia segalanya bagi saya. Setelah kecelakaan, isteri meninggalkan saya. Ayah dan ibu tiri saya bahkan tidak pernah peduli. Perlakuan ini jauh lebih menyakitkan daripada kondisi lumpuh saya ini. Pernah terlintas dalam pikiran saya untuk bunuh diri saja." kata Don Jian seperti dikutip media-media di China. "Namun sekarang ada Xinyi di sini, dan saya sangat kagum padanya," katanya.

Tidak diceritakan bagaimana ayah dan anaknya yang hebat ini mendapatkan uang untuk penghidupan mereka. Hanya kuasa dan kemurahan Tuhan yang memberikan daya bagi Don Jian pada saat lentera harapan hidupnya hampir sirna. Tuhan Maha Pemurah bagi hamba-Nya yang teraniaya tetapi tetap sabar dan tabah.

Pesan moral dari kisah ini; jangan pernah putus harapan terhadap pertolongan Tuhan. Karena Dia akan menurunkan pertolonganNya dengan perantara siapa saja yang ditunjukNya pada saat yang tepat ketika kita tetap sabar dan tabah dalam cobaan dan kesulitan hidup.
“Ia segalanya bagi saya. Setelah kecelakaan, istri meninggalkan saya. Ayah dan ibu tiri saya bahkan tidak peduli. Saya bahkan pernah berpikir untuk bunuh diri,” katanya. “Namun, kini Xinyi adalah di sini dan saya sangat kagum pada dirinya,” katanya. Tidak jelas, bagaimana sang ayah dan anak perempuannya memperoleh uang untuk biaya hidup. Tuhan Maha Pemurah dan Penyayang , senantiasa mengasihi hambaNya yang sabar dan tabah.

Read more at: http://www.ruanghati.com/2010/12/21/ya-tuhan-balita-3-tahun-ini-dengan-telaten-rawat-ayahnya-yang-lumpuh/

Kamis, 28 Maret 2013

Qian Hongyan, Gadis cacat yang tak kenal menyerah



Suatu ketika, saat melintasi sebuah perempatan di jalanan di kota, saya melihat ada seorang peminta-minta dengan sepatu rodanya menunggu orang-orang yang berbelas kasihan memberi uang kepadanya di dekat traffic light perempatan tersebut. Saya perhatikan lelaki muda itu secara fisik tampak sehat, tubuhnya kekar dan kokoh. Hanya cacat “kecil” di kakinya yang membuatnya harus menggunakan sepatu roda. Rupanya kondisi cacatnya itulah yang membuat pemuda itu memutuskan untuk menjadi peminta-minta di perempatan sebagai jalan menyambung hidupnya, daripada melakukan pekerjaan lain yang menurut dia sulit dilakukan dengan kondisi kakinya yang cacat itu.


Menyaksikan pemuda peminta-minta itu, saya jadi ingat kisah Qian Hongyan, seorang gadis China yang kehilangan separuh tubuhnya akibat kecelakaan pada waktu dia masih berusia 3 tahun. Dengan kondisi tubuh yang tinggal separuh, dia tidak memutuskan menjadi gadis peminta-minta di jalanan, atau memilih tinggal di panti social yang mengurusi orang-orang cacat. Kehilangan kedua kakinya tidak membuat dia kehilangan harapan dan semangat untuk membuat hidupnya lebih berarti. Rupanya, walau fisiknya tidak sempurna, namun jiwa dan semangatnya sangat kuat. Sebaliknya, pemuda peminta-minta di perempatan tadi, walau fisiknya kuat, namun hati dan mentalnya keropos, sehingga memutuskan memilih jalan termudah bagi hidupnya dengan menjadi peminta-minta.


Jika Anda belum pernah mengikuti kisah Qian Hongyan, silahkan baca kisah berikut, beserta foto-foto yang menggambarkan betapa kuat nya semangat dan harapan gadis cacat itu dalam menghadapi dunia.


Qian Hongyan tahun ini berusia 16 tahun. Dia mengalamai kecelakaan mobil pada Tahun 2000, saat masih berumur 3 tahun, dan harus diamputasi seluruh bagian kakinya, bahkan sebagian pinggulnya juga agar nyawanya bisa terselamatkan. 


Anda bisa bayangkan, betapa berat kehidupan sehari-hari Qian kecil. Di saat anak seusianya berlarian dan bermain-main, ia hanya bisa melihat. Karena miskin, keluarganya tak sanggup membelikan kaki palsu untuk membantu Qian kecil berjalan. Namun, keluarganya menyadari Qian butuh alat bantu agar bisa bergerak lebih leluasa dan bukan hanya diam di tempat dan menunggu bantuan orang lain agar bisa pindah dari satu tempat ke tempat lain. Mereka pun memutar otak dan mencari jalan untuk memudahkan gerak Qian. Akhirnya ditemukan alat bantu yang sangat sederhana : bola basket.


Bola basket dipotong separuh dan diletakkan di bawah tubuh Qian. Agar tidak terlepas dari tubuh, bola basket itu diikat dengan tubuh Qian menggunakan kain. Bola basket itu digunakan untuk menopang tubuh Qian dan menjadi pijakan yang langsung menyentuh tanah. Ia berjalan dengan ke dua tangan sebagai penyangga, dan mengayunkan tubuhnya yang telah dibantali cangkang bola basket tadi.


Dengan alat bantu itu, Qian bisa berjalan kemana ia suka dan tumbuh lebih mandiri. Ia bisa melakukan banyak hal, termasuk kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain. Dengan keadaannya yang tidak sempurna itu, Qian tetap tersenyum. Ia nyaris tidak pernah mengeluh atas takdir yang menimpanya. Ia pun tidak resah ketika orang di sekitarnya menjuluki dirinya sebagai gadis bola basket. Dia memandang masa depan dengan optimis dan selalu bersemangat.


Tetap Semangat


Meski dalam kondisi tidak normal, Qian tetap bersemangat pergi ke sekolah. Ia pulang pergi sendiri dengan bola basket dan penyangga kayu di telapak tangannya. Ia menyusuri jalan menuju sekolahnya yang berada di desanya. Untuk ukuran anak normal, mungkin jarak tempuh itu tidak jauh. Tapi untuk ukuran Qian yang harus menyeret tubuhnya, jarak itu terhitung jauh. Namun, ia acuh dengan itu. Ia tetap bersemangat pergi ke sekolah.


Ia berusaha mengaktualisasikan dirinya. Meski cacat, ia ingin berprestasi dan olahraga menjadi pilihan yang diminatinya.


Awal ketertarikan Qian terhadap olah raga berawal dari ketidaksengajaan. Ceritanya, suatu ketika orangtuanya mengikutsertakan Qian dalam terapi basket untuk meningkatkan daya tahan mental dan fisiknya. Ternyata, terapi itu berhasil. Sejak itu, Qian tumbuh menjadi anak yang percaya diri. Dia tidak pernah minder dengan kekurangannya. Hidupnya dipenuhi hasrat dan impian untuk berprestasi.


Bukan hanya mentalnya yang kuat, ia pun akhirnya lihai bermain basket. Meski tak memiliki sepasang kaki, Qian kecil sangat lincah di lapangan. Penampilan Qian bermain basket di lapangan sangat menginspirasi dan memukau. Ketika tampil di lapangan, kamera wartawan lebih sering menyorotnya.


Mengetahui pemberitaan tentang seorang gadis yang berjalan dengan bola basket dan lihai bermain basket, sekelompok dokter dari China terharu dengan semangat yang luar biasa itu. Setelah para dokter itu berhasil bertemu Qian, mereka kemudian membuatkan sepasang kaki palsu untuknya. 


Tahun 2005, Qian mulai berjalan menggunakan kaki palsu. Qian mengaku senang dengan sepasang kaki palsunya, namun ia mengaku lebih suka menggunakan separuh bola basketnya untuk naik dan turun ke kolam renang. Menurutnya, bola basket lebih memudahkan geraknya ketika di kolam renang.


Perenang Hebat

 
Pada Mei 2007, digelar Olimpiade Anak Cacat di Kunming, China. Qian sangat menyukai acara itu itu. Ia tak pernah absen datang dan menyaksikan olimpiade itu. Ia melihat kekuatan dan kegigihan kaum difabel dalam bertanding. Ia pun terinspirasi.


Setelah perhelatan itu selesai, Qian memutuskan untuk bergabung dengan klub renang khusus. Diantar kedua orang tuanya, ia pergi berkonsultasi pada Zhang Honghu, pelatih yang dikenal telah banyak mencetak juara atlet renang difabel. Zhang Honghu pun menerima Qian. Sejak saat itu, dimulailah babak baru kehidupan Qian.


Di klub renang itu, ia mulai belajar berenang, sesuatu yang tak bisa ia lakukan selama ini. ”Qian Hongyan belajar sangat keras. Ia tak pernah mengeluh selama latihan meskipun ia menghadapi banyak sekali kesulitan di awal-awal,” ujar Zhang Honghu.


Awalnya, Zhang tak banyak menaruh perhatian pada Qian. ”Qian tak punya kaki. Itu ibarat kapal yang tak punya nahkoda. Kapal itu tidak mungkin dapat berjalan baik sesuai aturan,” ujar Zhang. Di sisi lain, Zhang terus mencari solusi. Akhirnya, Zhang menemukan cara. Ia pun membuat latihan khusus untuk membantu Qian menyeimbangkan bahunya.


Qian pun berenang sekira 2000 meter tiap hari. Berlatih dan berlatih, itu yang selalu ia lakukan. Dalam kurun waktu relatif singkat, Zhang dikejutkan dengan kemajuan Qian.


Zhang terkejut bahwa anak yang ia ragukan selama ini ternyata memiliki bakat renang yang hebat. ”Qian adalah perenang yang sangat baik. Namun, sangat melelahkan mengajarinya. Butuh waktu lama dan harus mengulang latihan setiap hari,” jelas Zhang.


Zhang tak yakin Qian dapat menjadi juara dunia. ”Tapi saya dapat mengatakan kalau Qian adalah perenang yang menjanjikan,” ungkap Zhang. ”Keinginan besar kami ialah melatih mentalnya. Kami berharap ia memiliki sifat dan sikap positif dalam menjalankan kehidupan,” tambah Zhang.


Qian tak pernah patah semangat. Semangat juangnya yang tinggi diiringi latihan rutin membuat Qian menembus pelatnas tim renang Cina. 


Sekeping cerita nyata yang menggugah inspirasi kita, untuk kembali memandang diri kita sendiri seraya bertanya: dengan keterbatasan yang kita miliki, masihkah kita akan selalu beralasan tidak bisa dalam banyak hal? Jika Qian, gadis kecil yang hidup hanya dengan separuh tubuhnya, bisa berprestasi dan melakukan banyak hal sebagaimana orang normal lainnya tanpa mengeluh, mestinya kita bisa melakukan lebih banyak dan lebih baik lagi.

(Dari berbagai sumber)

FOTO-FOTO QIAN HONGYAN DALAM BERBAGAI AKTIFITAS:


Qian menggunakan dua sangga kayu untuk menyeret tubuhnya dan tidak mengeluh, walau dia telah gonta ganti bola basket 6 kali.

Keluarganya di Cina miskin dan tidak dapat membeli kaki palsu, maka ia menggunakan bola basket untuk memudahkan gerakannya. Qian Hongyan juga dikenal sbg Basket Ball Girl.



 Menghibur Teman Senasib dan .. Happy aja, Masih Tersenyum menyambut dunia ini..














































Dan dia tetap tersenyum menatap dunia ini..

KOIN PENYOK



Alkisah, seorang lelaki sedang berjalan di pinggir jalanan kota yang sibuk dengan hiruk pikuk kendaraan dan orang yang lalu lalang. Lelaki itu sedang berusaha mengadu nasib mencari pekerjaan di kota. Kondisi ekonomi negeri yang semakin tidak menentu  membuat penghidupan keluarganya, bersama isteri dan anak-anaknya di kampung, ikut kelimpungan dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka. Karena itulah dia mencoba mencari peruntungan lain dengan mencari pekerjaan di kota.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya menginjak sesuatu yang dia rasakan agak asing. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.

“Oh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Maklum, dalam keadaan yang penuh kesulitan, seseorang biasanya berharap mendapatkan keajaiban dari sesuatu yang ditemukannya yang bisa menolongnya. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank untuk menanyakan perihal nilai koin kuno tersebut.

“Sebaiknya koin ini Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno, mungkin di sana akan lebih dihargai ” kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.

Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya tinggi. Kebetulan pada waktu itu sedang ada pesanan pembuatan mebel dengan bahan kayu kelas tinggi. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu untuk.
 
Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

Perjalanan selanjutnya dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Setelah menimbang-nimbang, terlebih mengingat bagaimana asal lemarinya, lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di perbatasan desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima sebelum sampai kampong dan memberikan kepada isterinya. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu datanglah beberapa orang perampok yang ternyata sudah dari tadi mengamati dan mengincarnya. Di bawah todongan senjata tajam dan tekanan beberapa lelaki dengan tubuh yang kuat dan kasar, dia terpaksa menyerahkan semua uangnya kepada mereka. Setelah mendapatkan uang itu, mereka pergi meninggalkan lelaki yang tergeletak lemas di pinggir jalan desa.

Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah "KOIN PENYOK" yang kutemukan tadi pagi”.

------------------------

Pesan moral dari cerita itu : kita sering larut dalam kesedihan yang dalam, bahkan sering seperti kehilangan harapan pada saat kita kehilangan sesuatu yang sangat berarti bagi hidup kita. Padahal, bila kita sadari, segala sesuatu yang kita klaim sebagai milik kita itu sebenarnya tak lebih dari titipan dari Dia Yang Maha Memiliki. Setiap saat Dia bisa menitipkan segala sesuatu yang Dia inginkan, setiap saat Dia juga bisa mengambilnya kembali. Bisa jadi di lain kesempatan akan menitipkan lagi sesuatu yang lain, yang  tidak pernah kita sangka sebelumnya.

Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kesedihan yang berlebihan???
(Tulisan ini saya olah kembali dari satu email kiriman seorang teman)

Senin, 25 Maret 2013

PETANI YANG LUGU DAN ISTERINYA

Di suatu pedesaan di wilayah Kerajaan Inggris, pada jaman dahulu, hiduplah seorang petani dan isterinya. Keluarga kecil ini mempunyai beberapa ladang yang tidak begitu luas, dan beberapa ekor kuda. Pada waktu itu bukanlah hal sulit untuk mendapatkan rumput-rumputan untuk pakan kuda-kuda mereka. Jadi walaupun mereka bukan keluarga kaya, kuda-kuda itu tumbuh sehat dan gemuk-gemuk. Pada saat pergi ke kota, biasanya petani ini menaiki salah satu kudanya. Sesekali beberapa tetangganya juga meminjam kuda-kuda itu.

Suatu ketika terbersit dalam pikiran petani tersebut untuk menjual salah satu kuda itu. Kemudian ia utarakan niatnya itu kepada isterinya.

“Apapun yang kau lakukan, kau selalu tahu yang terbaik ayah,” kata isterinya. “Ide ayah selalu bagus. Menjual salah satu kuda itu adalah cara yang tepat untuk mendapatkan uang. Dengan uang itu nanti kita bisa membeli berbagai macam kebutuhan, atau ditukar dengan barang lain yang berguna. Pergilah ke kota dan lakukan ide bagus ayah itu.”

Esok harinya, pagi-pagi sekali isteri petani sudah sibuk menyiapkan bekal suaminya untuk perjalanan ke kota. Jarak desa itu dengan kota memang cukup jauh sehingga keberangkatannya memerlukan bekal dan persiapan yang cukup. Tidak lupa pula dia siapkan pakaian yang bagus untuk dikenakan suaminya.

Dengan ciuman mesra sang isteri, petani itu menaiki kudanya dan berangkat dengan tanpa keraguan sedikitpun. Isteri petani  pun melepas suaminya dengan senyum dan keyakinan penuh pada suaminya, bahwa suaminya pasti akan melakukan hal terbaik.

Semakin siang jalanan yang dilalui petani dan kudanya semakin ramai oleh orang-orang yang juga ingin ke kota. Karena banyak yang mengendarai kuda, sapi atau gerobak, jalanan jadi berdebu.

Dalam perjalanan itu, petani tersebut bertemu dengan seseorang yang menuntun sapi yang cukup gemuk. Orang itu juga hendak pergi ke kota untuk menjual sapinya.

Melihat sapi betina yang gemuk itu, timbul pikiran dalam benak si petani untuk memilikinya,” Sapi itu bisa menghasilkan susu setiap hari sebelum akhirnya dijual suatu hari nanti. Isteriku pasti akan senang kalau kuda ini aku tukar dengan sapi itu.”

“Sobat, kau tahu harga kuda lebih mahal daripada sapi. Tetapi karena aku masih memiliki kuda yang lain, aku ingin mempunyai sapi betina. Maukah Anda bertukar sapi dengan kuda saya ini?” tanya petani itu kepada pemilik sapi.

Laki-laki pemilik sapi itu pun menyetujui ide si petani. Kemudian mereka pun bertukar dua binatang itu. Sekarang si petani membawa seekor sapi betina. Dia merasa sangat puas karena dia percaya keputusannya adalah pilihan yang sangat baik. Isterinya pasti akan sangat senang mendapatinya.

Karena hari belum terlalu siang, dan jalanan menuju ke kota cukup ramai, walaupun kudanya telah ditukar dengan sapi petani itu memutuskan untuk tetap pergi ke kota sekedar melihat-lihat kesibukan di kota.
Setelah berjalan lebih jauh lagi, bertemulah petani dengan seorang laki-laki yang hendak menjual dombanya. Domba itu begitu sehat dan bersih, dengan bulu yang sangat lebat dan lembut.

Melihat domba yang menggemaskan itu, si petani tergoda ingin memilikinya.

“Domba yang sangat lucu, bisa menjadi peliharaan yang tinggal di dalam rumah. Bulunya sangat lebat, bisa dibuat untuk baju hangat, dan kemudian tumbuh bulu-bulu yang baru lagi. Memelihara dan merawat seekor domba jauh lebih mudah daripada seekor sapi,” pikir petani itu.

Petani pun kemudian menukar sapinya dengan seekor domba montok itu. Dan dengan langkah mantap sambil menuntun seekor domba, sang petani melanjutkan perjalanannya ke kota.

Suatu saat, bertemulah ia dangan seorang pemuda yang membawa seekor angsa yang lucu. Bulu-bulu angsa berwarna putih dan sangat bersih. Pemuda itu hendak menjual angasnya ke kota juga.

“Tampaknya memiliki angsa akan sangat menyenangkan. Bulunya putih bersih, dan dia bisa berenang di kolam depan rumah kami. Sungguh pemandangan yang sangat indah. Maukah kau jika angsa itu aku tukar dengan domba ini?” tanya petani kepada pemuda pemilik angsa.

Tentu saja sang pemuda dengan senang hati menerima tawaran menggiurkan tersebut. Maka terjadilah pertukaran untuk yang ke sekian kalinya. Petani pun sangat yakin bahwa keputusanya sangat tepat. Dengan wajah berbinar-binar dan langkah tegap dia melanjutkan perjalanan bersama-sama orang yang hendak ke kota juga.

Kota sudah di depan mata. Tinggal beberapa langkah lagi petani sampai ke kota. Keramaian orang semakin bertambah hiruk pikuk. Pada saat itu ia melihat seorang penduduk yang tinggal di batas kota sedang memberi makan ayamnya di depan rumah. Ayam itu tampak sangat terbiasa dengan keramaian sehingga sama sekali tidak takut dengan orang-orang yang hilir mudik di jalanan.

Sang petani sambil menenteng angsanya melihat ayam tersebut dan timbullah dalam benaknya keinginan untuk memilikinya,” ayam betina yang sangat cantik dan jinak. Ayam itu bisa mencari pakan sendiri di sekitar kampung, dan akan menghasilkan banyak telur, mengeraminya dan mempunyai anak banyak.”

Dia pun mengutarakan keinginannya untuk bertukar ayam dengan angsanya kepada pemilik ayam. Pemilik ayam tidak keberatan. Dan sesaat kemudian petani tersebut telah memasuki kota yang semakin ramai dengan menenteng seekor ayam betina.

Karena terasa haus dan lapar, ia kemudian memutuskan untuk mempir ke sebuah restoran. Ia ingin minum segelas bir dan sepotong roti. Saat hendak masuk ke restoran, ia berpapasan dengan seorang pelayan restoran yang sedang menjinjing sesuatu yang tampak berat dalam sebuah karung.

“Apa itu?” tanyanya kepada pelayan itu.

“Apel-apel busuk yang hendak saya buang ke kandang, buat pakan ternak saya,” jawab pelayan.

“Oh sungguh sayang apel sebanyak itu dibuang begitu saja untuk pakan ternak. Isteriku pasti akan sangat senang memiliki sekarung apel itu,” kata petani mengomentari apel yang hendak dibuang itu.

“Apakah Anda mau membeli apel busuk ini?” tanya pelayan restoran sambil terus berjalan menjinjing sekarung apel tersebut, karena dia pikir hanya orang bodoh yang mau membeli apel busuk itu.

“Hei, aku mau menukar apel itu dengan ayam ku ini!” teriak petani.


Walaupun keheranan, pelayan restoran itu pun dengan senang hati menerima ayam petani dan ditukar dengan sekarung apel busuknya.

“Isteriku akan sangat senang menerima ini semua,” kata petani kepada pelayan restoran sesaat setalah ia masuk ke restoran dan memesan bir dan roti. Ia duduk tidak jauh dengan tungku api, dan menaruh karung apel menempel dengan tungku perapian.

Tidak lama kemudian terdengar suara aneh dari dekat tungku, yang menandakan beberapa apel yang menempel tungku mulai hangus terbakar. Suara apel yang terbakar itu menarik beberapa orang pengunjung restoran. Di antaranya dua orang saudagar kaya yang juga sedang minum tidak jauh dari meja si petani.

“Apa itu yang terbakar dekat tungku itu?” tanya saudagar kaya.

“oh itu apel-apel yang akan aku persembahkan untuk isteri tercintaku,” jawab petani sambil menjauhkan sekarung apel busuknya dari perapian.

Petani itu kemudian terlibat pembicaraan yang cukup hangat dengan dua orang saudagar kaya tersebut. Dengan bangga pula dia ceritakan pertukaran-pertukaran yang telah dia lakukan selama dalam perjalanan ke kota tadi, mulai dari kuda dia tukar dengan sapi, sapi dengan domba hingga akhirnya dia mendapatkan sekarung apel busuk. Petani itu sangat yakin denga ceritanya, bahwa apa yang dia lakukan pasti akan sangat menyenangkan isterinya di rumah.

Demi mendengar cerita petani tersebut, dua saudagar itu tertawa terpingkal-pingkal. Bagi mereka, baru kali ini ada orang yang begitu bangga dengan keputusan-keputusan bodoh yang telah dia ambil. Dan setelah berhenti tertawa, saudagar tersebut berkata,” aku berani bertaruh, kamu akan dimarahi habis-habisan oleh isterimu karena telah melakukan serangkaian keputusan paling konyol. Dia pasti akan sangat menyesal mempunyai suami seperti Anda...”

“ Isteriku wanita yang sangat baik dan selalu percaya apa yang saya lakukan adalah hal yang tepat. Dia akan menciumku mesra, dan menghidangkan makanan lezat sebagai hadiahnya,” jawab petani yakin.

“ Maukah kita bertaruh untuk hal itu?” tanya saudagar tersebut. “ aku sediakan satu karung uang emas jika aku salah, dan apa yang kau katakan itu benar.”

“ Saya punya satu kantong kecil, jika mau boleh saja kita bertaruh,” kata petani.

Dua saudagar itu setuju. Bukan karena mereka ingin mendapatkan uangnya sehingga menerima pertaruhan yang tidak seimbang itu, tetapi lebih karena mereka ingin tahu kebenaran kata-kata si petani.

Dengan kereta kuda dua saudagar kaya dan petani itu pergi ke desa. Tak lupa pula sekarung apel busuk milik petani ikut dibawa dalam kereta itu.

Singkat cerita, sampailah mereka di halaman rumah petani. Ketiga orang itu turun dari kereta dan memasuki rumah petani. Dengan tergopoh-gopoh isteri petani menyambut kedatangan suaminya. Dengan hangat dia cium mesra suaminya tanpa menghiraukan kehadiran dua saudagar kaya di belakang petani.

“Selamat malam sayangku!” sapa petani dengan riang.

“Terima kasih ayah. Ayah telah kembali dan pasti telah membawa hal terbaik untuk ku.”
Kemudian mulailah dia menceritakan perjalanannya ke kota siang tadi kepada isterinya.

“Aku telah menukar kuda kita dengan seekor sapi betina!”

“Oh suamiku, itu ide yang sangat cemerlang. Dengan sapi betina itu kita akan mendapatkan susu, keju dan mentega. Suatu saat kulitnya juga akan sangat berharga. Pertukaran yang luar biasa sayangku!”

“Kemudian sapi itu aku tukar dengan seekor domba yang sangat montok.”

“Oh, itu lebih bagus lagi!” pekik isteri petani. “ Kau sungguh memikirnkan yang terbaik. Domba kita bisa kita taruh di padang rumput kita, dan dia akan menghasilkan susu, keju dan wol yang bisa kita buat pakaian yang hangat!”

“Domba itu kemudian aku tukar dengan seekor angsa yang lucu.”

“Wow... kita bisa memanggang angsa untuk hidangan Natal nanti. Kau tahu, aku sangat suka daging angsa sayangku. Sebelum Natal tiba, kita bisa biarkan angsa itu berkeliaran di kolam kita, sungguh pemandangan yang indah. Kau sungguh mengerti apa yang aku mau ayah!”

“Tetapi angsa itu telah aku tukar dengan seekor ayam betina.”

“Pertukaran yang sangat pantas suamiku,” jawab isterinya dengan girang. “ Ayam betina bisa mencari makan sendiri dan tidak merepotkan kita. Dia juga akan bertelur dan memiliki banyak anak ayam di kemudian hari. Itu hal yang sangat aku inginkan!”

“Ayam betina itu kemudian aku tukar dengan sekarung apel busuk di restoran.”

“Oh, Tuhan memberkatimu ayah. Aku sungguh beruntung mempunyai suami seperti kamu!” teriak isteri petani sambil sekali lagi mencium mesra suaminya.



“Terima kasih sayangku. Akan kuceritakan sesuatu kepadamu. Segera setelah kau pergi pagi taid, aku ingin membuat makanan yang lezat untukmu, yaitu telur dadar dengan bawang prei. Aku mempunyai cukup banyak telor, tetapi tidak ada bawang prei. Kemudian aku pergi ke rumah kepala sekolah. Aku tahu mereka mempunyai banyak bawang prei, tetapi isterinya sangat pelit. Aku ingin bertukar bawang prei dengan telor, tetapi jawaban mereka sangat kasar. Aku tidak bisa mendapatkan bawang prei itu. Tetapi sekarang aku mendapatkan sekarung apel, dan kita bisa membuat berbagai makanan yang enak dengan apel itu. Sekarung apel itu telah menghilangkan kesedihanku sepanjang hari tadi karena tidak bisa membuatkan makanan lezat untukmu, dan kau telah membuatku senang sayangku.”

Sekali lagi petani mendapat hadiah ciuman mesra dari isterinya.

Kedua saudagar kaya yang dari tadi diam menyaksikan kejadian itu, hanya bisa geleng-geleng kepala. Tetapi kemudian mereka memberikan tepuk tangan sambil berkata,” aku sangat senang melihatnya! Alur cerita dari awalnya berjalan dengan sangat menyedihkan jika kita ikuti, tetapi ternyata berakhir dengan bahagia! Dengan senang hati saya bayar uang taruhan saya untuk kalian!”

Kemudian mereka membayar petani itu dengan sebongkok uang emas karena isterinya benar-benar memberikan ciuman seperti yang telah dikatakan petani, dan bukan omelan.

******

Dalam hidup kita, kita akan selalu dihadapkan pada berbagai hal, dari yang sederhana sampai yang rumit. Dari setiap hal yang kita dapati itu, selalu ada sisi baik dan sisi buruknya. Kadang kala apa yang kita dapatkan adalah sesuatu yang sebenarnya kita sendiri tidak menginginkannya, dalam artian kita tidak punya kuasa untuk menentukan pilihan. Akan tetapi, dalam kondisi kita tidak mempunyai pilihan itu, kita selalu masih mempunyai pilihan dalam mensikapinya. Kita bisa memilih untuk bersikap dan berpikir positif atas apa yang terjadi dalam hidup kita, atau sebaliknya kita bersikap dan berpikir negatif terhadap segala sesuatunya. 


Sesungguhnya, jika kita mau bersikap dan memandang sesuatu secara positif, terhadap hal buruk apapun kita masih bisa mendapatkan nilai-nilai baik darinya. Sebaliknya, hal baik pun jika kita merespon dengan sikap dan pikiran negatif, tidak akan kita dapatkan nilai-nilai baik darinya. Bersyukur atas kebaikan yang masih kita miliki, walaupun sedikit, dan memandang  sesuatu dari sisi baiknya terhadap setiap hal yang kita hadapi, jauh akan memberi manfaat dalam hidup kita daripada memikirkan hal-hal negatif.

(Didaur ulang dari cerita berjudul Ayah Selalu Benar karya Hans Christian Anderson (1805-1875))
Alden Praptono