Rabu, 03 April 2013

KEPING KEJUJURAN (1) ; TUKANG CUCI ITU MENEMUKAN UANG Rp 435 JUTA DI JALAN...DAN MENGEMBALIKANNYA



Ini adalah kisah nyata, yang benar-benar terjadi dan sempat menjadi pemberitaan di berbagai media masa pada awal tahun 2013 ini. Sebuah cerita tentang kejujuran anak manusia yang  masih tersisa di negeri ini yang semakin langka kita temukan, yang patut menjadi teladan untuk kita semua.

Rini, seorang pembantu rumah tangga berusia 25 tahun, seumur-umur belum pernah melihat uang dalam jumlah ratusan juta, apalagi memilikinya, membayangkannya pun tidak pernah. Ia sudah merasa cukup bersyukur saat menerima THR suaminya yang bekerja sebagai satpam yang jumlahnya tak lebih dari 5 juta, dan hanya diterima setahun sekali saat mau lebaran. Itu jumlah terbanyak uang yang pernah dia miliki.

Rupanya Tuhan berkehendak ingin mengujinya. Dan bagi manusia, ujian Tuhan terasa berat karena selalu menohok pada titik kelemahan yang dimiliki dalam hidupnya. Seperti yang dialami Rini dan suaminya yang kehidupannya jauh dari gelimang kemewahan. 

Ceritanya, suatu malam di pertengahan bulan Januari 2013 Rini dan suaminya pulang dari membeli nasi goreng. Tempat penjual nasi goreng dengan rumahnya agak jauh sehingga mereka berboncengan dengan sepeda motor.
Di salah satu ruas jalan yang agak menurun Rini melihat benda yang mencurigakan di tengah jalan beraspal. Dari atas sepeda motor, di bawah penerangan jalan yang remang-remang, sekilas dia sempat memperhatikan benda itu dan cukup terlihat bahwa itu sebuah tas. Sempat dilewati beberapa meter karena sang suami mungkin tidak melihat atau sempat melihat tetapi tidak berminat berurusan dengan benda itu. Tetapi karena penasaran Rini meminta kepada suaminya untuk balik lagi. Segera dia ambil tas yang rupanya cukup berisi itu dan dia bawa pulang ke rumah.

Sesampai di rumah dengan rasa penasaran Rini dan suaminya segera membuka tas tak bertuan itu. Apa yang dia lihat dalam tas itu benar-benar membuatnya bergetar hebat. Tak pernah terbayang dalam hidupnya mendapatkan uang ratusan juta rupiah seperti yang sekarang terpampang nyata di hadapannya! Jantungnya berdetak kencang, pikirannya buyar, tidak tahu perasaan apa yang muncul saat itu, senang, bingung, kaget atau takut. Mungkin semua berbaur menjadi satu. Hal yang tak jauh beda juga dialami sang suami.

Sejenak setelah lepas dari rasa shock yang hebat, Rini kemudian sedikit menjadi lebih tenang dan bisa mengendalikan diri. Dia mencoba melihat lebih jelas pada tumpukan uang kertas itu. Dengan perasaan masih gemetar, dia ambil satu lembar uang kertas seratus ribuan dan dia bandingkan dengan uang yang sama miliknya. Tak diragukan lagi uang itu asli, bukan uang palsu. Di dalam tas itu dia juga menemukan selembar slip dari bank yang bertuliskan Rp 435 juta yang rupanya menunjukkan jumlah dari tumpukan uang itu.Selain uang, di dalam tas itu juga ada handphone, parfum, bedak, dan sejumlah benda lainnya.


Menyadari itu uang asli dan dengan jumlah sebanyak itu Rini langsung lemas. Tak berani dia membuka-buka tas yang telah putus talinya itu lebih jauh lagi. Uang Rp 100 ribu yang sudah dia ambil dikembalikan dalam ikatannya semula. Takut terjadi sesuatu atas tas dan isinya itu, Rini dan suaminya langsung menyimpannya di lemari. Pikirannya tidak menentu, tidak tahu apa yang mesti dia perbuat atas uang ratusan juta temuannya tersebut. Maklum, dia hanyalah seorang perempuan lugu yang tidak pernah berpikiran muluk-muluk atas apa yang tidak mungkin dia jangkau.


Sungguh sebenarnya hatinya tergoda untuk menggunakan uang itu, toh dia yang menemukannya di jalanan, mungkin hal yang wajar jika dia menggunakan sebagian saja, pikirnya. Namun di sisi lain, hati nuraninya masih bisa berkata bahwa itu bukan uangnya, dan dia tidak berhak menggunakannya. Terlebih lagi jika ada yang mengetahuinya, urusannya bisa panjang. Dan sebagai orang kecil, dia tidak ingin terlibat dalam suatu perkara yang pasti akan menyulitkan kehidupan mereka. Akhirnya uang itu teronggok saja di lemarinya. Esok harinya, dia dan suaminya bekerja seperti biasa. Rini menjadi buruh cuci dan suaminya bekerja sebagai satpam di sebuah tempat kost di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

Malam berikutnya, Rini kembali membuka tas berisi uang yang masih teronggok di lemari. Selain untuk memastikan uang itu masih utuh, juga karena phonsel yang ada di dalam tas itu terus-terusan berbunyi. Mungkin pemilik uang itu mencoba mengontaknya. Tetapi dia tidak berani mengangkat telepon saat panggilan masuk kembali berbunyi. Baru pada paginya dia berani membuka HP itu, dan dia menemukan SMS yang isinya kepada siapapun yang menemukan uang itu tolong agar dikembalikan karena menyangkut keselamatan orang.

Dia pun segera mengontak suaminya yang telah berangkat di tempat kerja. Sang suami meminta agar uang dikembalikan saja kepada pemiliknya. " Allah itu Maha Tahu, dan ini menyangkut nasib orang, kasihan. Lagian uang itu akan membuat hidup kita tidak tenang nanti," kata suaminya kepada Rini.

Tidak susah untuk melakukan kontak dengan pemilik uang itu karena ada HP yang ikut bersama tas saat terjatuh di jalan. Segera setelah mendapat perintah suaminya, Rini mengontak nomor yang telah mengirim SMS. Ternyata uang itu milik sebuah perusahaan di Bekasi. Bendahara perusahaan itu tanpa sengaja menjatuhkan uang itu di jalan sepulang mengambil dari bank. Rupanya ada kabar buruk yang diterima bendahara itu sehingga dia shock, yaitu kabar bahwa ibunya terkena serangan jantung mendadak.

Bendahara itu pun segera pulang ke Depok dengan buru-buru dengan sepeda motor. Dalam kondisi pikiran kalut, dia tidak menyadari bahwa tas berisi uang yang baru dia ambil dari bank talinya putus dan terjatuh di jalan. Bagai jatuh terimpa tangga, sang bendahara yang sedang terkena musibah itu kemudian dilaporkan perusahaan tempatnya bekerja atas tuduhan penggelapan uang perusahaan dan ditahan polisi sampai dua hari kemudian ketika uang itu ditemukan kembali.

Siang berikutnya, di rumah Rini datang utusan dari perusahaan yang kehilangan uang itu untuk mengambil uangnya yang hilang. Untuk memastikan uang benar-benar kembali kepada pemiliknya, suami Rini bahkan hari itu ijin tidka masuk kerja. Utusan perusahaan yang berpakaian rapi dan berjas berdasi itu mengajak serta suami Rini untuk mengantar uangnya sampai ke kantornya untuk menyaksikan serah terima uang kepada perusahaan.

Setelah uang dikembalikan, lewat telepon sang suami bercerita bahsa uang itu untuk membayar gaji karyawan perusahaan. Sang bendahara menelepon Rini untuk menyampaikan terima kasihnya karena setelah uang itu dikembalikan ke perusahaan, dia dibebaskan dari tahanan polisi.

Walaupun sempat terlintas untuk memiliki uang itu, namun sekarang ada perasaan lega yang  luar biasa saat dia telah mengembalikannya dalam keadaan tidak kurang sepeserpun. Sungguh dia bersyukur telah lolos dari ujian berat itu, yang entah nasib apa yang akan dia dan keluarganya terima di kemudian hari andaikan dia memperturutkan hasratnya untuk memiliki uang ratusan juta tersebut. Dia yakin, soal rezeki sudah diatur oleh Allah, sehingga tidaklah pantas menginginkan uang yang bukan haknya. Dan setiap pelanggaran atas hak-hak orang lain pasti akan ada balasannya.

Sebagai penghargaan atas kejujurannya sehingga uang perusahaan bisa kembali, Rini dan suaminya mendapatkan hadiah Rp 10 juta dari perusahaan itu. Sedangkan sang suami mendapatkan tawaran untuk bekerja di perusahaan tersebut. Bagi Rini dan suaminya yang jujur itu, uang Rp 10 juta jauh lebih berharga karena diberikan secara sah oleh pemiliknya sehingga halal untuk mereka gunakan, daripada uang ratusan juta rupiah namun bukan haknya sehingga tidak akan mendatangkan berkah jika mereka gunakan.

Satu teladan bagus dari sedikit orang-orang jujur yang masih ada hari ini. Bisakah kita mencontoh sekeping kejujuran ini? Bayangkan, andaikan kita yang menemukan uang itu, kira-kira apa yang akan kita lakukan?????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar